Berpikir Kritis, Konsep, Dan Metodologi

Berpikir kritis, konsep, dan metodologi akhir-akhir ini banyak informasi menyesatkan mengenai pandemi virus corona beredar luas dan cenderung dipercaya publik.

Saran dari banyak pejabat publik, influencer, dan akademisi adalah masyarakat lebih cermat memilah dan mencerna informasi.  

Lantas apakah yang dimaksud dengan berpikir kritis? dan kenapa kemampuan berpikir kritis ini penting?

Simak pembahasannya berikut ini

Pengertian Berpikir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud berpikir artinya menggunakan

Akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.

Pengertian kritis

Sedangkan kritis adalah 

  1. Bersifat tidak dapat lekas percaya, 
  2. Bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan 
  3. Kekeliruan tajam dalam menganalisis.

Pengertian Berpikir Kritis Menurut Ahli

Perpikir kritis dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi menggunakan ketersediaan bukti, logika dan kesadaran akan bias. (Halpern,1998,larson, 2017.)

Dalam konferensi internasional ke delapan mengenai pemikiran kritis dan edukasi, tahun 1987. 

Michael seriven dan richard paul berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan proses aktif menganalisis informasi yang di dapat. Dan hasilnya digunakan sebagai pedoman untuk bertindak

Richard  Paul  menerangkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu cara berpikir yang unik dan memiliki tujuan tertentu di mana pemikir secara sistematis menetapkan kriteria dan standar intelektual dalam berpikir. 

Dalam mengonstruksi pemikiran, mengarahkan konstruksi berpikir sesuai dengan standar tertentu, dan menilai efektivitas berpikir sesuai tujuan, kriteria, dan standar berpikir (Paul dalam Ricketts, 2004). 

Rudd, Baker, dan Hoover mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu pendekatan yang menggunakan nalar, memiliki tujuan tertentu. 

Dan menggunakannya untuk memecahkan masalah atau menanggapi pertanyaan dengan bukti dan informasi yang mengarah pada solusi yang sulit dibantah. 

Menurut Richard Paul, berpikir kritis adalah model berpikir- mengenai hal, substansi  atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. 

Menurut Facione, berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan.

Juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual,  metodologis,  kriteriologis,  atau  kontekstual  yang  menjadi  dasar  penilaian tersebut. 

Facione juga menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi disposisi afektif. 

Pernyataan berpikir kritis dimulai dengan pemahaman berpikir kritis menjadi tujuan dan penilaian pengaturan diri yang menghasilkan. 

Interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan serta penjelasan tentang bukti, konseptual, metodologi dan kriteria sebagai pertimbangan kontekstual (Facione, 1990).

Pengertian Pemikir Kritis

Facione (1996), mengungkapkan pemikir kritis yang ideal mempunyai kebiasaan ingin tahu, penuh kepercayaan pada alasan, berpikiran terbuka , fleksibel , berpikiran adil dalam evaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka pribadi, bijaksana dalam membuat penilaian. 

Bersedia untuk mempertimbangkan kembali, tentang isu-isu, tertib dalam hal yang kompleks, rajin mencari informasi yang relevan, wajar dalam pemilihan kriteria, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam mencari hasil.

Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis sering disebut sebagai salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi (Peirce, 2006). Glaser menyatakan dua elemen dalam berpikir kritis yaitu memiliki keterampilan berpikir kritis dan kemauan untuk menggunakan keterampilan  tersebut.

Kesimpulan Pengertian Berpikir Kritis

Dari pendapat beberapa ahli mengenai pengertian berpikir kritis di atas, dapat dinyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses kegiatan interpretasi dan evaluasi yang terarah, jelas, terampil dan aktif tentang suatu masalah yang meliputi :

  1. Observasi, 
  2. Merumuskan masalah, 
  3. Menentukan keputusan, 
  4. Menganalisis  
  5. Melakukan penelitian ilmiah yang akhirnya menghasilkan suatu konsep.

Kemampuan ini penting untuk dikembangkan pada peserta didik, mengingat kemampuan berpikir kritis mempengaruhi prestasi belajar dan membantu peserta didik memahami konsep. 

Berpikir kritis dapat digunakan untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang suatu materi atau konsep sehingga pemikiran peserta didik terhadap suatu konsep tertentu adalah valid dan benar.

Berpikir Kritis Sebagai Proses Berpikir

Berpikir kritis merupakan proses berpikir reflektif yang membutuhkan kecermatan dalam mengambil keputusan. 

Melalui serangkaian prosedural untuk menganalisis, menguji, dan mengevaluasi bukti serta dilakukan secara sadar. 

Indikator-Indikator Berpikir Kritis

Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. 

Dalam keterampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci.

Keterampilan Mensintesis

Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keterampilan menganalisis. 

Keterampilan menganalisis adalah keterampilan menghubungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.

Keterampilan Mengenal Dan Memecahkan Masalah

Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. 

Keterampilan ini  bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru.

Keterampilan Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan kebenaran yang dimilikinya dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan kebenaran yang baru yang lain.

Keterampilan Mengevaluasi

Keterampilan mengevaluasi, keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.

Karakteristik dan langkah-langkah berpikir kritis

Sejalan dengan temuan bahwa berpikir dapat ditingkatkan dengan pengalaman pendidikan yang disengaja (Higgins., 2004; Moseley et al., 2005 dalam Kwan, 2015).  

Telah menjadi salah satu definisi yang diterima secara luas dan berpengaruh. 

Ennis mendefinisikan berpikir kritis sebagai ” pemikiran yang wajar dan reflektif yang difokuskan pada memutuskan apa yang harus percaya atau dilakukan ”. 

Dia menyarankan 12 kemampuan berpikir kritis, dikelompokkan ke dalam empat bidang, yaitu kejelasan, dasar, inferensi, dan interaksi. 

Sehingga dapat dituliskan karakteristik berpikir kritis sebagai berikut:

Karakteristik berpikir kritis

  1. Rasa ingin tahu berkaitan dengan berbagai masalah
  2. Perhatian untuk menjadi lebih baik
  3. Kewaspadaan terhadap kesempatan untuk menggunakan pemikiran kritis
  4. Kepercayaan dalam proses pencarian/ inkuiri
  5. Kepercayaan pada kemampuan sendiri seseorang
  6. Keterbukaan diri terhadap pandangan dunia yang berbeda
  7. Fleksibilitas dalam mempertimbangkan alternatif dan opini
  8. Pemahaman tentang pendapat orang lain
  9. Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian
  10. Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan
  11. Kejujuran dalam menghadapi prasangka, stereotip, atau kecenderungan egosentris
  12. Kehati-hatian dalam menangguhkan, membuat atau mengubah penilaian
  13. Kesediaan untuk mempertimbangkan kembali dan merevisi pandangan berdasarkan refleksi.

Menurut Facione (2007), berpikir kritis terdiri dari enam sub-kemampuan yang menjadi inti kemampuan berpikir kritis yaitu:

Enam Sub-Kemampuan Inti Berpikir Kritis

Interpretasi

Interpretasi merupakan proses memahami dan mengungkapkan makna atau arti berbagai jenis pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, konvensi, keyakinan, aturan, prosedur atau kriteria.

Interpretasi meliputi sub kemampuan kategorisasi, menguraikan arti dan klarifikasi arti.

Analisis

Analisis adalah proses mengidentifikasi maksud dan hubungan antar pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk lain yang menyatakan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat. 

Sub kemampuan analisis adalah menguji pendapat, mendeteksi dan menganalisa alasan.

Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan deskripsi persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang. 

Serta mengkaji kekuatan logis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk representasi lainnya. 

Sub kemampuan evalusi adalah menaksir/ menetapkan pernyataan atau alasan.

Inferensi

Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan. 

Dan untuk membentuk suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan:

  1. Data 
  2. Pernyataan 
  3. Prinsip
  4. Bukti
  5. Penilaian
  6. Keyakinan 
  7. Opini
  8. Konsep
  9. Deskripsi
  10. Pertanyaan dan bentuk-bentuk representasi lainnya. 

Sub kemampuan inferensi ialah: 

  1. Menanyakan fakta/ keterangan/ bukti, 
  2. Memperkirakan alternatif, 
  3. Menggambarkan kesimpulan. 

Eksplanasi

Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren. 

Sub kemampuan eksplanasi ialah:

  1. Menetapkan hasil.
  2. Menyuguhkan prosedur.
  3. Menunjukkan alasan.

Pengaturan Diri/Regulasi Diri

Pengaturan diri adalah kesadaran diri untuk memantau aktivitas kognitif, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-hasil yang dikembangkan. 

Terutama melalui penggunaan keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi, penilaian inferensial  seseorang dengan suatu pendangan  melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau pembetulan terhadap hasil penilaian seseorang. 

Langkah-Langkah Berpikir Kritis 

Mengenali masalah

Identifikasi terhadap masalah adalah langkah pertama yang sangat penting.

Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan.

Pengetahuan luas dan informasi penting terkait masalah sangat  dibutuhkan untuk menilai sesuatu secara tepat dan akurat. Mengevaluasi data, fakta, serta pernyataan-pernyataan.

Mengenali asumsi-asumsi.

Mencermati hubungan logis antara masalah dan jawaban. Menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas.

Menemukan cara-cara untuk menangani masalah.

Temukan cara-cara kreatif untuk menangani masalah. Menarik kesimpulan/pendapat dari isu atau persoalan yang dibahas.

Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Metode Inquiri.

  1. Dalam pembelajaran inkuiri, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think). 
  2. Metode Inkuiri memberikan peluang kepada peserta didik untuk memaksimalkan aktivitas belajarnya. 
  3. Berdasarkan sintaks dalam Metode Inkuiri sangat mendukung proses berpikir tingkat tinggi. 
  4. Pada tahap ini pendidik melakukan langkah untuk membina suasana atau mengatur  iklim pembelajaran yang kondusif. 

Tahap-Tahap Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dengan Metode Inkuiri

Orientasi 

Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar/ kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Menjelaskan  pokok-pokok  kegiatan  yang  harus  dilakukan  oleh  peserta  didik  untuk mencapai tujuan. 

Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik.

Merumuskan Masalah 

Merupakan langkah awal yang dapat digunakan untuk menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan suatu masalah. 

Proses pencarian jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri. 

Oleh sebab itu, melalui proses tersebut peserta didik akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

Observasi

Dalam tahapan observasi, observasi dapat dilakukan dengan baik bila dilandasi dengan kemampuan berpikir secara sistematis, kritis, dan analitis. 

Dengan mengikuti pola-pola metode ilmiah. Setelah tahap observasi, peserta didik dapat mengajukan pertanyaan berdasarkan observasi yang dilakukan.

Merumuskan Pertanyaan

Perumusan pertanyaan yang diajukan peserta didik akan merangsang kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam merumuskan masalah. 

Dalam perumusan masalah, peserta didik akan mengoptimalkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan cara mengingat kembali konsep-konsep  terkait  dengan  kegiatan  observasi  yang dilakukan.

Yang akan memberikan dampak positif akan lebih memperkuat konsep-konsep tersebut dalam  memori  jangka panjang. 

Proses belajar yang dimulai dengan merumuskan masalah, mencari, menyelidiki dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. akan memberikan kesempatan belajar yang lebih bermakna pada peserta didik. 

Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, bukan dari mengingat atau menghafal seperangkat fakta, konsep, atau teori. 

Tetapi dapat menemukan dan membangun  atau mengkontruksi sendiri pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Pengajuan Hipotesa

Pengajuan hipotesis terkait dengan permasalahan yang dirumuskan. 

Keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan hipotesis. 

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 

Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara. 

Atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data, kemampuan berpikir kritis peserta didik akan lebih berkembang melalui pencarian sumber atau informasi yang relevan dengan rumusan masalah dan hipotesis yang dibuat. 

Proses pencarian informasi atau sumber yang relevan merupakan proses investigasi secara teoritik dari kemampuan berpikir kritis. 

Mengumpulkan data merupakan aktivitas untuk menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 

Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. 

Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

Investigasi Informasi

Investigasi informasi yang relevan terkait dengan hipotesis yang diajukan akan memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk menemukan sendiri jawabannya. 

Dan berpikir secara logis atau rasional dalam bentuk membandingkan, mengklasifikasikan,  menunjukkan interaksi sebab-akibat, berpikir secara deduktif dan induktif. 

Kemampuan memberikan analogi, serta mengkritisi informasi yang diperoleh yang semuanya akan bermuara pada peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Pengujian Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 

Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. 

Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Penyimpulan Hasil Penyelidikan Informasi

Tahap penyimpulan, peserta didik akan melibatkan berbagai aspek dalam kemampuan berpikir kritis yaitu:  

  1. Berpikir logis
  2. Proses induktif
  3. Deduktif, 
  4. Evaluatif 
  5. Memberikan argumen yang logis dalam pengambilan keputusan. 

Seluruh aspek tersebut akan terakomodasi dalam diskusi  interaktif  saat  masing-masing  kelompok  menyampaikan  hasil  pengamatan dan diskusinya. 

Menarik kesimpulan dengan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: 

  1. Obyektif 
  2. Jujur 
  3. Hasrat ingin tahu
  4. Terbuka 
  5. Berkemauan 
  6. Tanggung jawab.

Pembelajaran berbasis inkuiri memerlukan perhatian penuh untuk menciptakan lingkungan belajar dan pengalaman-pengalaman yang membuat para peserta didik dapat memperbandingkan gagasan-gagasan baru. 

Memperdalam pemahaman mereka, serta belajar untuk berpikir secara logis dan kritis mengenai dunia di sekitar mereka.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dituliskan alasan-alasan metode Inkuri dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:

  1. Langkah-langkah metode Inkuiri merupakan landasan untuk berpikir kritis
  2. Langkah-langkah metode Inkuiri merupakan semacam “peta berpikir”
  3. Pada proses menganalisa data menuju kesimpulan, peserta didik belajar menalar yang merupakan  komponen  berpikir  kritis.  
  4. Kesimpulan yang diperoleh didukung oleh argumentasi ilmiah yang dapat dipertangung-jawabkan,  yang memiliki argumentasi yang kuat keabsahannya, didukung oleh data dan atau informasi akurat.
  5. Pengupasan secara mendalam terhadap argumen-argumen dengan bukti untuk dapat memperoleh kesimpulan. 
  6. Berfikir logis dan analitis dalam metoe inquiry menjadi dasar pengambilan keputusan dan menyelesaikan masalah secara bertangung jawab.
  7. Berpikir kritis merupakan berpikir reflektif, sehingga  perlu adanya usaha yang disadari oleh masing-masing pribadi/ peserta didik. 
  8. Peserta didik perlu diaktifkan untuk menyadari proses yang akan berlangsung sehingga akhirnya proses rekonstruksi dapat terjadi. 
  9. Karena pada dasarnya adalah proses rekonstruksi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya konstruksi itu perlu diperhatikan.

Demikianlah pembahasan mengenai berpikir kritis, konsep dan metodologi kali ini. terima kasih telah berkunjung, sehat selalu.

sumber : 

Ahmad Sulaiman dan Nandi Agustin Syakarofat, 2018, https://jurnal.ugm.ac.id/buletin psikologi berpikir kritis mendorong introduksi dan reformulasi konsep dalam psikologi islam

Dwi Nugraheni Rositawati, 2018, kajian berpikir kritis pada metode inkuiri, https://jurnal.uns.ac.id

Leave a Comment